Ahlan Wa Sahlan

IQRO ( BACALAH )

Bacalah dirimu, Bacalah dari apa engkau dijadikan

Bacalah kejadian demi kejadian, Bacalah masa lalu, dan apa-apa yang ditinggalkan, Bacalah masa kini, dan apa-apa yang ada disekitarmu, Bacalah masa yang akan datang dan apa-apa yang akan dan tentu terjadinya.

Sungguh ALLOH telah memberimu berlimpah-limpah, dan tegak kanlah kebenaran itu dengan daya juang yang tak kenal payah dan henti ( sabar),......................

Selamat datang ana ucapkan kepada akhi dan ukhti, semoga apa yang tertulis di blog ini bermanfaat bagi kita dalam menSyiarkan Islam, serta sebagai media bagi kita untuk saling bersilaturahmi.

Kritik dan saran dapat di sampaikan ke is.majid@gmail.com

Wassalam

AddThis

Bookmark and Share

Senin, 10 Desember 2007

Ikhlas dan Qurban

Kisah ini buat kita Renungkan dan tentunya dapat kita terapkan dalam kehidupan kita, setidaknya buat kita bercermin akan sikap yang telah di perbuat oleh Yu Timah, yang begitu mulianya…………

Kisah " YU TIMAH "

Ini kisah tentang Yu Timah. Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami,

Dia salah seorang penerima program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang kini sudah berakhir, empat kali menerima SLT selama 1 tahun jumlah uang yang diterima Yu Timah dr pemerintah sebesar Rp 1,2 juta.

Yu Timah adalah penerima SLT yang sebenarnya, Maka rumahnya berlantai
tanah, berdinding anyaman bambu, tak punya sumur sendiri. Bahkan status tanah yang di tempati gubuk Yu Timah adalah bukan milik sendiri.

Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan kurus dan tidak menikah,
Barangkali karena kondisi tubuhnya yang kurus, sangat miskin, ditambah yatim sejak kecil, maka Yu Timah tidak menarik lelaki manapun.

Jadilah Yu Timah perawan tua hingga kini. Dia sebatang kara.

Dulu setelah remaja Yu Timah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di
Jakarta.

Namun, seiring usianya yang terus meningkat, tenaga Yu Timah tidak laku di pasaran pembantu rumah tangga, dia kembali ke kampung kami.

Para tetangga bergotong royong membuatkan gubuk buat Yu Timah bersama emaknya yang sudah sangat renta, Gubuk itu didirikan di atas tanah tetangga yang bersedia menampung anak dan emak yang sangat miskin itu.

Meski hidupnya sangat miskin, Yu Timah ingin mandiri. Maka ia berjualan
nasi bungkus, Pembeli tetapnya adalah para santri yang sedang mondok di pesantren kampung kami. Tentu hasilnya tak seberapa.

Tapi Yu Timah bertahan,………………..

Dan nyatanya dia bisa hidup bertahun-tahun bersama emaknya.

Setelah emaknya meninggal Yu Timah mengasuh seorang kemenakan. Dia
biayai anak itu hingga tamat SD. Tapi ini zaman apa. Anak itu harus cari makan.

Maka dia tersedot arus perdagangan pembantu rumah tangga dan lagi-lagi terdampar di Jakarta.

Sudah empat tahun terakhir ini Yu Timah kembali hidup sebatang kara dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berjualan nasi bungkus, Untung di kampung kami ada pesantren kecil.

Para santrinya adalah anak-anak petani yang biasa makan nasi seperti yang dijual Yu Timah.

Kemarin Yu Timah datang ke rumah saya. Saya sudah mengira pasti dia mau
bicara soal tabungan, Inilah hebatnya.

Semiskin itu Yu Timah msh bisa menabung di bank perkreditan rakyat syariah di mana saya ikut jadi pengurus.

Tapi Yu Timah tidak pernah mau datang ke kantor. Katanya, malu sebab dia
orang miskin dan buta huruf, Dia menabung Rp 5.000 atau Rp 10 ribu setiap bulan.

Namun setelah menjadi penerima SLT Yu Timah bisa setor tabungan hingga Rp 250 ribu.

Dan sejak itu saya melihat Yu Timah memakai cincin emas. Yah, emas.

Untuk orang seperti Yu Timah, setitik emas di jari adalah persoalan mengangkat harga diri.

Saldo terakhir Yu Timah adalah Rp 650 ribu.

Yu Timah biasa duduk menjauh bila berhadapan dengan saya.

Malah maunya bersimpuh di lantai, namun selalu saya cegah.

''Pak, saya mau mengambil tabungan,'' kata Yu Timah dengan suaranya yang
kecil.

''O, tentu bisa. Tapi ini hari Sabtu dan sudah sore. Bank kita sudah
tutup. Bagaimana bila Senin?''

''Senin juga tidak apa-apa. Saya tidak tergesa.''

''Mau ambil berapa?'' tanya saya.

''Enam ratus ribu, Pak.''

''Kok banyak sekali. Untuk apa, Yu?''

Yu Timah tidak segera menjawab. Menunduk, sambil tersenyum malu-malu.

''
Saya mau beli kambing kurban, Pak. Kalau enam ratus ribu saya tambahi dengan uang saya yang di tangan,

cukup untuk beli satu kambing.''

Saya tahu Yu Timah amat menunggu tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi
kata-katanya karena saya masih diam.

Karena lama tidak memberikan tanggapan, mungkin Yu Timah mengira saya tidak akan memberikan uang tabungannya, Padahal saya lama terdiam karena sangat terkesan oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.

''Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan sebesar enam ratus
ribu. Tapi Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban.

Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang lebih berada.

Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak membeli kambing kurban?''

''Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin berkurban. Selama
Ini memang saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban.''

''Baik, Yu. Besok uang kamu akan saya ambilkan di bank kita."

Wajah Yu Timah benderang. Senyumnya ceria. Matanya berbinar. Lalu minta
diri, dan dengan langkah-langkah panjang Yu Timah pulang.

Setelah Yu Timah pergi, saya termangu sendiri.

"Kapankah Yu Timah mendengar, mengerti, menghayati, lalu
meng-internalisasi ajaran kurban yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim ?


Mengapa orang yang sangat awam itu bisa punya keikhlasan demikian tinggi
sehingga rela mengurbankan hampir seluruh hartanya?"

Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji yang biayanya mahal itu tidak mengubah watak orangnya.

Mungkin saya juga begitu.

Ah, Yu Timah, saya jadi malu. Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan
pernah naik haji, namun kamu sudah jadi orang yang suka berkurban.

Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak kaubelikan makanan, televisi, atau pakaian yang bagus. Uangmu malah kamu belikan kambing kurban.

Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing, tapi kali ini akan saya langgar. Saya ingin menikmati daging kambingmu yang sepertinya sudah berbau surga.

Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik haji.

1 Comment:

Agus Ramada said...

Saya link ke Blog dombagarut.blogspot.com, Gerakan Tabungan Qurban Save for safe.