Ahlan Wa Sahlan

IQRO ( BACALAH )

Bacalah dirimu, Bacalah dari apa engkau dijadikan

Bacalah kejadian demi kejadian, Bacalah masa lalu, dan apa-apa yang ditinggalkan, Bacalah masa kini, dan apa-apa yang ada disekitarmu, Bacalah masa yang akan datang dan apa-apa yang akan dan tentu terjadinya.

Sungguh ALLOH telah memberimu berlimpah-limpah, dan tegak kanlah kebenaran itu dengan daya juang yang tak kenal payah dan henti ( sabar),......................

Selamat datang ana ucapkan kepada akhi dan ukhti, semoga apa yang tertulis di blog ini bermanfaat bagi kita dalam menSyiarkan Islam, serta sebagai media bagi kita untuk saling bersilaturahmi.

Kritik dan saran dapat di sampaikan ke is.majid@gmail.com

Wassalam

AddThis

Bookmark and Share

Jumat, 22 Mei 2009

Ketika keimanan sedang Menurun

Assalamu’alaikum Wr. Wb .,

Dalam sebuah kesempatan seringkali seseorang bercerita kepada saya. Wah, lagi menurun banget nih mas. Lagi futur nih akh dsb. Menurun, futur sering diartikan oleh teman teman sebagai turun keimanan, sedang lemah iman. Sholat malam menjadi jarang, puasa sunnah jarang, sholat berjamaah tidak rutin, dhuhur jika belum jam 1 rasanya belum mantap jika sholat, ashar dikerjakan jam 5, Isya dikerjakan setelah acara TV yang disukai selesai dan subuhnya kesiangan. Semuanya sepertinya bergandengan. Kemalasan yang satu diikuti oleh kemalasan berikutnya. Bagi yang aktif dalam dunia pekerjaan, pekerjaan yang begitu padat menjadikan waktu sholat tertunda lama, namun ketika pekerjaan sudah tidak banyak, waktu sholat masih tertunda juga. Intinya bukan load pekerjaan yang besar namun keimanan yang memang sedang menurun atau mungkin hati yang memang perlu dibersihkan.

Jika teman mengatakan demikian, kadang bagi saya tidak enak sendiri, karena ternyata kok sepertinya menyindir saya juga. Sholat malamnya kurang, puasa sunnah kurang, berjamaah di masjid sering ketinggalan, bahkan jikapun sholat berjamaah sering masbuq nya juga. Waktu subuh, ketika adzan terdengar seringkali rasa malasnya lebih besar dibandingkan menyegerakan ke masjid untuk sholat berjamaah. Namun tawa saubil haq harus senantiasa dijalankan. Saling menasehati kearah kebenaran sambil terus berproses untuk memperbaiki diri. ”Dan bertolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan permusuhan“ (Qs:AL Maidah: 2).

Masih untung jika kita menyadari demikian, walaupun lemahnya iman sudah seharusnya dilawan dengan mujahadah. Kekhawatiran yang lebih adalah seandainya kita malas sholat berjamaah, selalu melaksanakan sholat di akhir waktu namun kita tenang-tenang saja, seolah yang demikian itu wajar, padahal ini sebenarnya tidak wajar untuk ukuran generasi terbaik umat. Padahal jika kita melihat sejarah, kita akan dapati bagaimana para sahabat menghukum diri sendiri ketika ketinggalan sholat berjamaah dsb.

Saya jadi teringat dengan sebuah hadist “seorang pejuang adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya dalam mencari ridho ALLAH (HR Ahmad, sanad Hasan).

Kita sendiri yang lebih mengetahui apakah kita termasuk pejuang atau tidak. Dalam QS Al Ankabut: 69 Allah SWT berfirman “dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, sungguh benar benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang yang berbuat ihsan (baik).”

Itulah janji Allah yang pasti adanya. Tinggal kita untuk memaksakan diri bangun dari kemalasan. Juga semaksimal mungkin mengurangi berbagai sebab kemalasan tersebut, dari alasan yang dibuat buat, pergaulan, bacaan dsb. Jangankan kita, para sahabat, Tabiin dan generasi sebelum kita juga sering mengalami naik turunnya iman. Namun mereka menyegerakan untuk bangkit lagi. Mereka melakukan mujahadah untuk mengembalikan keimanan mereka. Jika iman akan naik karena ketaatan kepada ALLAH dan menurun karena kemaksiatan, maka para pendahulu kita berusaha dengan mati-matian sampai meng-ikob (menghukum) diri ketika melakukan kemaksiatan agar keimannya kembali memuncak.

Ulama mengatakan apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunah serta ketaatan lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya untuk melakukan amal amal sunah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius, penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia dan menjadi sikap yang melekat pada dirinya.

Subhanallah.. bagaimana dengan kita? Untuk lebih menyemangatkan diri, marilah kita lihat bagaimana mujahadah Rasulullah saw, sebagai manusia yang sudah dijamin masuk surga tidak seperti kita. Rasulullah tidur diawal malam dan menghidupkan akhirnya (HR Muttafaq “alaih). Kita mungkin menghidupkan malam dengan pertandingan Bola, dan acara TV lainnya dsb.

Bantal yang digunakan Rasulullah untuk alas tidur malam terbuat dari kulit yang diisi ijuk (HR Ahmad). Bandingkan dengan kita, bantal yang empuk, sehingga saking empuknya sering kesiangan bangun, bahkan sebelum bantal mengeras kita sudah beli yang baru. Rasulullah senantiasa bangun ketika mendengar ayam jantan berkokok (HR Muttafaq ‘alaih).

Itulah contoh dari manusia paling mulia di muka bumi, Qudwah kita semua. Dari Madrasah Rasulullah menurun ke para sahabat sebagai generasi terbaik memberikan contoh kepada kita betapa mereka bermujahadah kepada ALLAH. Umar Bin Khattab ra pernah ketinggalan sholat berjamaah lantas malam harinya beliau isi dengan ibadah dan tidak tidur? Bagaimana dengan kita? Untuk saya pribadi kok rasanya masih jauh dari demikian. Uwais Al Qarny seorang tabi’in berkata “ini saat untuk rukuk” lalu dia melakukan sholat hingga fajar. Dengan ada dirumahnya jiwanya merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakatnya.

Dia suka berdoa “Ya Allah, jika hari ini ada yang mati karena lapar dan telanjang, maka janganlah salahkan aku.” dari Asad bin Wada’ah dari Syaddad Al Anshary berkata bahwa Syaddad bin Aus setelah masuk tempat tidurnya, tidak segera tidur.

Sambil berbaring dia berdoa “ Ya Allah, api telah menghilangkan kantukku, kemudian dia bangun lagi dan melakukan sholat malam hingga fajar”.

Ya, Inilah sedikit contoh dari begitu banyak contoh dari para pendahulu kita, dari generasi terbaik umat ini. Kini tinggal kita. Mau kemanakah arah langkah? Apakah masih akan meremehkan waktu waktu sholat? apakah tidak semaksimal mungkin melaksanakan sholat berjamaah (untuk laki laki)? apakah akan tetap beralasan bahwa kerjaan itu juga ibadah sehingga urusan sholat berjamaah di kantor dinomor duakan? atau mungkin kita termasuk orang yang taat ketika sedang punya keinginan, atau ada keluarga yang sakit atau dalam kesedihan sehingga seiring dengan masalah selesai keta’atan memudar (Semoga Allah menjauhkan kita dari hal demikian). Sesungguhnya yang terbaik adalah segera mengusahakan semaksimal mungkin diri ini untuk bangun dari tidur, bangkit dari kelemahan, menyegerakan ibadah, bahkan jika perlu meminta teman untuk selalu mengingatkan mendapatkan keduanya, dunia dan akhirat. Karena sudah pasti kita semua menuju kesana.

Mari introspeksi diri. keutamaan semua tulisan dan nasehat yang ada saya tujukan kepada diri sendiri. Syukur jika bermanfaat bagi rekan rekan semua. Rasulullah bersabda “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya (HR Tirmidz).

Semoga Allah menggolongkan kita dan dikumpulkan bersama orang-orang baik beramal dan beruntung dunia dan akherat. amiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

- Daromi -

0 Comments: