Ahlan Wa Sahlan
IQRO ( BACALAH )
Bacalah dirimu
Bacalah kejadian demi kejadian
Sungguh ALLOH telah memberimu berlimpah-limpah, dan tegak kanlah kebenaran itu dengan daya juang yang tak kenal payah dan henti
Selamat datang ana ucapkan kepada akhi dan ukhti, semoga apa yang tertulis di blog ini bermanfaat bagi kita dalam menSyiarkan Islam, serta sebagai media bagi kita untuk saling bersilaturahmi.
Kritik dan saran dapat di sampaikan ke is.majid@gmail.com
Wassalam
Selasa, 25 Mei 2010
Isu Terorisme, Kedok Memerangi Islam
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pak Kiyai, isu terorisme kini dimunculkan kembali. Sebenarnya ada agenda apa dibalik isu tersebut?. Syukran atas jawabannya.
Ahmad, Jakarta
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
Memang benar bahwa saat ini isu terorisme telah dicuatkan kembali. Dalam konteks nasional kekinian, tidak sedikit tokoh Islam yang menengarai adanya pengalihan isu yang dilakukan aparat/pemerintah untuk menutupi sejumlah kasus besar di negeri ini, baik kasus Century Gate maupun soal makelar kasus (markus) di tubuh kepolisian yang menyeret sejumlah oknum petinggi Polri. Opini umum yang awalnya mengarah ke pemerintah dan institusi kepolisian kini bergeser ke persoalan terorisme. Sementara media massa digunakan sebagai corong untuk memuluskan agenda ini.
Dalam konteks global, sesunggunya perang melawan terorisme adalah perang melawan Islam dan gerakan Islam (harakah Islamiyah). Memang bukan semua gerakan Islam, melainkan gerakan Islam yang berjuang untuk menerapkan syariat Islam secara kaafah. Karena jika perjuangan penerapan syariat Islam berhasil, maka akan banyak sekali kepentingan Amerika Serikat yang akan terganggu.
Dr. Muhammad Luthfi, MA dalam disertasinya yang berjudul Al Da’wah Al Islamiyah Al Mua’shirah Dirasah Wasfiah Tahliliyah di Universitas Islam Omm Durman, Khartum, Sudan membenarkan hal ini. Beliau menyimpulkan bahwa secara umum perang melawan terorisme bertujuan untuk memeras kaum muslimin dan negeri-negeri Islam. Secara khusus sasarannya adalah organisasi-organisasi Islam. Menurut beliau, AS berambisi agar semuanya tunduk dan patuh terhadap kehendaknya.
Beberapa bukti yang menguatkan hal ini. Pertama, AS hanya memaknai teroris sebagai orang dan kelompok yang dalam prinsip dan kegiatannya tidak sesuai dengan kepentingan AS. Sebaliknya, meski terang-terangan melakukan kekerasan, membantai dan mengusir penduduk Palestina hingga detik ini, Israel misalnya, tidak disebut teroris. AS juga tidak berusaha menangkapi tokoh-tokoh Israel seperti Yizthak Rabin, Ariel Sharon, dan lain-lainnya yang jelas-jelas telah melakukan teror terhadap penduduk Palestina.
Kedua, pada kenyataannya, perang melawan terorisme memang ditujukan pada gerakan Islam. Lebih dari 90% dari daftar Foreign Terrorist Organization (FTO) adalah individu dan kelompok Muslim. Di dalamnya justru tidak terdapat nama-nama orang atau organisasi yang sudah terkenal sebagai teroris, misalnya para teroris ekstremis Irlandia Utara, kelompok separatis Basque ETA, dan organisasi 17 November di Yunani.
Selain itu, perang melawan terorisme juga tidak dapat dilepaskan dari the global war on terrorism yang dipimpin oleh AS pasca peristiwa 11 September 2001. Dengan politik stick and carrot, AS membagi negara-negara di dunia menjadi dua, ikut bersamanya atau bersama teroris sebagaimana ucapan mantan Presiden George W Bush, ”Either You Are With Us or With Terrorist”. Jika memilih bersama AS, negara-negara di dunia akan mendapatkan bantuan (carrot), sementara jika memilih bersama ’teroris’ maka AS beserta sekutunya tak segan memberikan ‘stick’ berupa serangan militer, sebagaimana yang dilakukan AS terhadap Afghanistan dan Irak.
Dalam hal ini ternyata Indonesia memilih bersama AS untuk menjalankan agenda perang melawan teroris dan mendapatkan ‘carrot’. Salah satu bukti yang menguatkan hal ini adalah pembentukan Detasemen Khusus (Densus) 88. Berdasarkan dokumen Human Right Watch (HRW) tentang Counter Terorism yang dilakukan AS, pembentukan Densus 88 di Indonesia didanai AS sebesar 16 juta dollar, dan sebelumnya pada tahun 2001 Polri telah menerima dana untuk penanganan terorisme sebesar 10 juta dollar. Informasi ini dikuatkan dalam situs Wikipidia yang menyebutkan bahwa pasukan khusus ini dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat melalui bagian Jasa Keamanan Diplomatik (Diplomatic Security Service) Departemen Negara AS dan dilatih langsung oleh instruktur dari CIA, FBI dan U.S Secret Service. Kebanyakan staf pengajarnya adalah bekas anggota pasukan khusus AS. (lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Detasemen_Khusus_88 )
Kesimpulannya, sejatinya perang melawan terorisme khususnya yang dijalankan oleh Densus 88 di Indonesia saat ini tidak bisa dilepaskan dari agenda global perang melawan terorisme yang dikomandani AS. Tujuan puncaknya, sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Muhammad Abbas dalam kitabnya Bal Hiya Harbu Ala Al Islam adalah memerangi Islam. Oleh karena itu umat Islam harus mewaspadai agenda ini.
"Mereka membuat makar dan Allah pun membuat makar. Dan Allah itu Maha Pembuat Makar". (QS. Ali Imran [03]: 54).
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: KH. A Cholil Ridwan, Lc
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Post a Comment