oleh : Ustadz Ihsan Tandjung
Setiap pencinta al-khair (kebaikan) bersuka cita.
Ada suasana penuh ketaatan dan kesucian yang sungguh dinantikan.
Bukan rahasia lagi, bahwa sebagian besar ummat Islam mengalami perubahan penampilan bila sudah memasuki bulan penuh rahmat dan berkah Ilahi.
Yang jarang muncul di masjid, tiba2 kita jumpai datang sholat ke masjid.
Yang jarang membuka mushaf Al-Qur'an, sekonyong2 rajin tilawah.
Muslimah yang tidak pernah menutup auratnya, mendadak tampil ber-jilbab.
*Subhaanallah*.
Bahkan mereka yang biasa berbuat maksiat juga "terpaksa" mengurangi perilaku tercelanya.
Bukan karena ia sadar, tapi karena ada semacam keharusan untuk merahasiakan kemungkarannya.
Ada kesungkanan untuk secara vulgar meneruskan dosanya.
Sebut saja ada sejenis "solidaritas" yang perlu ia tunjukkan di muka umum karena berada di dalam bulan suci.
Ada semacam ketidak-leluasaan untuk meneruskan kemaksiatannya dibandingkan bila berada di bulan-bulan selain Ramadhan.
Sungguh, bagi para penggemar kemaksiatan bulan Ramadhan merupakan bulan penuh siksaan batin dan penderitaan lahir.
*Laa haula wa laa quwwata illa billah*.
Benarlah apa yang diucapkan Rasulullah Muhammad *shallallahu 'alaihi wasallam* dalam haditsnya berikut ini.
Bersabda Rasulullah *shallallahu 'alaihi wasallam*:
"Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin.
Dan pintu2 Neraka ditutup & tak satupun yang dibuka dan pintu2 surga dibuka
& tak satupun yang ditutup & ada penyeru yang menyerukan:
"Wahai para pencari kebaikan, sambutlah (songsonglah) dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah (hindarilah)."
(HR Tirmidzi)
Namun demikian, kita perlu menyadari bahwa keadaan dunia dewasa ini tidaklah sama dengan keadaannya di masa lalu.
Sebut saja sepuluh, limapuluh apalagi seratus atau dua ratus tahun yang lalu.
Hanya dalam beberapa tahun belakangan ini, secara cepat dunia telah mengalami penuaan mendadak.
Dunia sudah tua renta.
Ibarat seorang manula (manusia usia lanjut), dunia sudah berjalan membungkuk dengan menggunakan tongkat,
rambutnya sudah banyak yang memutih beruban.
Memang, semenjak limabelas abad yang lalu sewaktu diutusnya Nabi Muhammad *shallallahu 'alaihi wasallam* ke muka bumi, dunia segera memasuki era Akhir Zaman. Mengapa ?
Karena Nabi Akhir Zaman telah diutus oleh Allah.
Nabi Muhammad *shallallahu 'alaihi wasallam* merupakan penutup rangkaian para Nabi utusan Allah yang diperuntukkan bagi penutup para ummat.
Beliau merupakan Nabi Akhir Zaman untuk kita, Ummat Akhir Zaman.
Dalam sebuah hadits panjang riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad *shallallahu 'alaihi wasallam* telah menjelaskan ringkasan perjalanan sejarah Ummat Islam yang hidup di Akhir Zaman.
Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa bakal ada lima babak yang dilalui dalam sejarah ummat Islam di Akhir Zaman. Dari kelima babak tersebut kita telah menyaksikan tiga babak berlalu.
Dan dewasa ini kita sedang menjalani babak keempat.
Tinggal satu babak terakhir yang perlu disongsong kedatangannya.
Bersabda Rasulullah *shallallahu 'alaihi wasallam*:
"Akan berlangsung babak :
(1) An-Nubuwwah (kenabian) di tengah2 kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya.
Kemudian berlangsung babak :
(2) kekhalifahan menurut sistim kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya.
Kemudian berlangsung babak :
(3) kerajaan yang bengis selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya
Kemudian berlangsung babak :
(4) pemerintahan yang menindas (diktator) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya
Kemudian akan berlangsung kembali babak :
(5) kekhalifahan menurut sistim kenabian. Kemudian beliau diam".(HR Ahmad 17680)
Babak pertama & kedua merupakan babak yang sangat ideal.
Pada babak pertama ummat Islam langsung dipimpin dan dibimbing oleh Nabi Muhammad *shallallahu 'alaihi wasallam*.
Sedangkan babak kedua ditandai dengan munculnya empat orang Al-Khulafa Ar-Rasyidin (para khalifah yang terbimbing)
yang terdiri dari sahabat-sahabat terbaik, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibnul-Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhum 'ajma'iin.
Keempat sahabat ini termasuk sepuluh sahabat yang dijanjikan surga oleh Nabi Muhammad *shallallahu 'alaihi wasallam*.
Sesudah itu, pada babak ketiga ummat Islam mengalami kepemimpinan para raja2 yang kebanyakan di antara mereka berlaku zalim. Namun demikian -walau jarang- ada juga yang adil seperti cicit Umar ibnul-Khattab * radhiyallahu* 'anhu,
yakni Umar bin Abdul Aziz *rahimahullah*.
Babak ketiga ditandai dengan silih bergantinya aneka kerajaan Islam.
Namun secara garis besar ada 3 di antaranya yang sangat signifikan,
yakni Dinasti Kerajaan Bani Ummayyah, Bani Abbasiyyah dan Kesultanan Turki Ustmani.
Setelah runtuhnya kekhalifahan terakhir yakni Kesultanan Turki Utsmani, maka duniapun memasuki babak keempat.
Inilah babak dimana kita hidup dewasa ini.
Nabi Muhammad *shallallahu 'alaihi wasallam* menyebutkan bahwa di babak keempat ini ummat bakal dipimpin oleh para
*Mulkan Jabriyyan* (para penguasa yang menindas/memaksakan kehendak alias para diktator).
Dan benar saja, semenjak ditinggalkannya babak ketiga, dunia segera menyaksikan bagaimana kepemimpinan yang semula berlangsung selama ribuan tahun di bawah kepemimpinan ummat Islam atas dunia, tiba2 Allah gilirkan & serahkan kepada kaum kafir yang kemudian memaksakan kehendak mereka dan mengabaikan Kehendak Allah dan RasulNya.
Belum pernah dalam sejarah Islam di Akhir Zaman kita merasakan keterasingan dari ajaran Islam sebagaimana yang kita alami dewasa ini.
Kepemimpinan dunia dewasa ini diarahkan dari Barat yang notabene merupakan *Judeo-Christian Civilization*
(Peradaban Yahudi-Nasrani).
Segenap negeri kaum muslimin mengekor ke Barat.
Keadaan ini telah di-Nubuwwah-kan oleh Rasulullah *shallallahu 'alaihi wasallam* sejak dulu:
Rasulullah *shallallahu 'alaihi wasallam* bersabda:
"Sungguh, kalian benar2 akan mengikuti kebiasaan orang2 sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti akan mengikuti mereka."
Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?"
Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (MUSLIM - 4822)
Babak keempat ini merupakan babak paling kelam dalam sejarah Islam.
Ibarat sebuah filem, maka babak keempat merupakan potongan film dimana jagoannya mengalami kekalahan sementara penjahatnya berada di atas angin.
Di babak ini kaum muslimin dituntut untuk bersabar dan melipatgandakan kesabarannya menyaksikan kesewenang2an kaum kuffar. Puncak dari kegelapan babak keempat ialah keluarnya puncak fitnah, yakni Dajjal.
Dajjal merupakan tanda besar pertama yang menandakan semakin dekatnya Kiamat.
Tidak mengherankan bila *Ahmad Thomson*, seorang penulis muslim berkebangsaan Inggirs, menyatakan bahwa dunia modern dewasa ini sedang mengokohkan dirinya menjadi sebuah Sistem Dajjal yang kian hari kian hegemonik dan mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan pemimpinnya yakni si mata tunggal Dajjal.
Dan tidak mengherankan pula bila pada babak ini terjadi akselerasi kemunculan tanda2 kecil Kiamat yang umumnya berupa fenomena pelanggaran hukum Allah dan RasulNya.
Sebab ini merupakan babak yang mendahului munculnya babak kelima dimana pada saat itu justru dunia akan menyaksikan kembali kedamaian dan keberkahan ketika diberlakukannya kembali hukum Allah dengan tegaknya babak (5)
kekhalifahan menurut *manhaj* (sistim) kenabian.
"Pada masa akhir ummatku akan muncul Al-Mahdi.
Pada waktu itu Allah menurunkan banyak hujan, bumi menumbuhkan tumbuh2an, memberikan banyak harta (penghasilan),
banyak ternak, ummat menjadi mulia & dia (Al-Mahdi) hidup selama tujuh atau delapan tahun." (HR Al-Hakim 4:557-558)
Bila kita ikuti berbagai perkembangan situasi niscaya begitu banyak contoh nyata di sekitar kita yang membenarkan bahwa kita sekarang berada dalam babak paling kelam dalam sejarah Islam.
Kaum muslimin banyak yang meniru pola hidup kaum Yahudi-Nasrani.
Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh dunia dewasa ini berkiblat kepada kepemimpinan dunia yang berperadaban Yahudi-Nasrani. Kebanyakan pemimpin negeri muslim mengekor kepada mereka.
Bahkan sistem hukum dan kemasyarakatanpun menjiplak sistem mereka.
Apalagi di bidang budaya dan hiburan praktis kaum muslimin menikmati produk mereka sepenuhnya.
Padahal Allah memperingatkan akibat yang bakal timbul jika tingkah mengikuti mereka dilestarikan.
"Hai orang2 yang beriman, janganlah kamu mengambil orang2 Yahudi & Nasrani menjadi pemimpin2 (mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.
Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yang zalim." (QS. Al-Maidah : 51)
Setidaknya ada dua akibat yang Allah ancam akan menimpa kaum muslimin jika menjadikan orang2 Yahudi & Nasrani menjadi *role-model* (kiblat kepemimpinan).
Pertama, Allah katakan "Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." Artinya, Allah tidak pandang lagi kita sebagai ummat Islam, melainkan menjadi bagian dari mereka (Yahudi & Nasrani).
Dan kedua, Allah memandang kita sebagai orang2 yang zalim yang tidak layak memperoleh petunjuk-Nya.
Jika kedua akibat tersebut telah menjadi kenyataan, maka tidak mengherankan bilamana jumlah besar penduduk muslim di berbagai penjuru dunia tidak membawa serta pengaruh signifikan ajaran Islam yang dianutnya.
Di samping itu kita menjadi faham mengapa dengan mudahnya kaum muslimin rela menanggalkan ideologi Islam
dan menerima ideologi asing yang ditawarkan kaum Yahudi-Nasrani.
Sebab mereka lebih tertarik mengikuti petunjuk kaum Yahudi-Nasrani daripada petunjuk Allah
dalam menata kehidupan pribadi maupun kolektif.
Saudaraku, marilah kita bertekad menjadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai turning point (titik balik) agar kaum muslimin menelusuri kembali jatidirinya yang sejati.
Marilah kita melaksanakan shaum (berpuasa) dalam arti sebenarnya.
Kita menahan diri dari godaan para *Mulkan Jabriyyan* (para penguasa yang menindas/memaksakan kehendak alias para diktator).
Jangan hendaknya giliran kepemimpinan kaum Yahudi-Nasrani di babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam di Akhir Zaman membuat kita menjadi *inferior* (rendah diri).
Sehingga kita menggunakan kaedah kaum kafir
*If you cannot beat them, then you join them* (jika kamu tidak sanggup mengalahkan mereka, maka bergabunglah bersama mereka).
Sekali-kali tidak, saudaraku...!
Marilah kita bersabar dalam beriman & berislam di era paling kelam dalam sejarah Islam ini.
Memang tidak mudah, tapi percayalah, hanya dengan berpegang kepada jatidiri Iman & Islam yang diperintahkan Allah-lah
kita bakal sanggup menyambut datangnya babak kelima, yakni tegaknya babak (5)
kekhalifahan menurut *manhaj* (sistim) kenabian.
"Janganlah kamu bersikap lemah & janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang2 yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang2 yang beriman." (QS. Ali Imran : 139)
Saudaraku, marilah kita mengembangkan mentalitas pemenang walaupun dalam realitanya kemenangan itu belum kita raih. Daripada mengembangkan mentalitas pecundang demi terpenuhinya mimpi seolah-olah sudah meraih kemenangan...
*Hasbun-Allahu wa ni'mal Wakiil. Ni'mal Maula wa ni'man Nashiir.*
* *
*Wallahu a'lam bish-showwaab.*
* *
http://www.eramuslim.com/
0 Comments:
Post a Comment