Berita tentang penembakan ini menjadi headline banyak surat kabar dan media. Berbagai acara terkait dengan seremonial promo film itu dibatalkan, bahkan sang bintang Christian Bale, menyempatkan diri untuk meletakkan sebuket bunga di lokasi penembakan dan juga mengunjungi langsung para korban yang tengah dirawat sebagai bentuk simpati. Karena insiden penembakan brutal ini, Presiden Barack Obama sempat membatalkan acara kampanyenya dan memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di seluruh daratan Amerika.
Saya sendiri sangat terkejut dan berduka atas peristiwa ini. Terbayang betapa sedihnya para keluarga kehilangan sanak saudara. Terbayang bagaimana seorang ayah dan bunda membuat rencana jalan-jalan bersama ananda mereka, pergi menonton film, namun berujung tragedi.
Tetapi, sebuah pikiran kemudian membuat saya tercenung dan berkaca-kaca. Teringat berita yang saya baca beberapa hari sebelumnya tentang peristiwa senada, pembantaian yang terjadi di Myanmar.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin menyatakan, Muslim Rohingya yang dibunuh di Arakan, Myanmar, sudah mencapai 6.000 orang dan masih terus terjadi. Satu koma tujuh juta jiwa Muslim Rohingya selama ini dipersulit hidupnya, dipaksa menanggalkan keyakinan jika ingin bersekolah dan bekerja, kehilangan kesempatan luas untuk memperoleh pendidikan atau layanan kesehatan. Rumah mereka dibakar, warga sipil disiksa dan dibunuh.
Saya menjadi bertanya-tanya. Mengapa peristiwa pembantaian oleh `Joker' menjadi berita dunia yang menarik perhatian, sementara pembantaian di Myanmar tersembunyi dari berita utama, sebagaimana pembantaian di Palestina, Timur Tengah, Afrika, dan negara lain.
Apakah jika yang membunuh adalah satu orang seperti ketika seorang mahasiswa kebangsaan Korea Selatan, Seung-Hui Cho, membantai 30 siswa di ruang kuliah setelah sebelumnya membunuh dua orang di asrama pada April 2007, lalu bunuh diri, atau sewaktu seorang Anders Behring Breivik menembaki para remaja yang tengah mengikuti perkemahan musim panas di pulau wisata Utoeya, Norwegia, yang menewaskan 69 orang, lebih layak menjadi perhatian daripada satu pemerintahan atau institusi tentara yang melakukannya meskipun korban yang ditimbulkan jauh lebih banyak?
Atau, apakah jika yang tewas mereka yang berada di Amerika atau di Benua Eropa, maka lalu lebih pantas mendapat tempat di media daripada mereka yang berada di Asia atau Afrika?
Apakah pembantaian yang muncul secara random dan sesekali terjadi lebih layak mendapat perhatian daripada pembantaian yang dilakukan secara sistematis dan berjalan secara rutin?
Saya sedih, sedih sekali. Karena di manapun tragedi berlangsung: Amerika, Eropa, di Asia, atau Afrika, dan siapa pun yang menjadi korbannya: Muslim, Kristen, Buddha, atau Hindu, semua adalah manusia, yang memiliki kebebasan untuk hidup dan memilih. Tidak ada satu pun yang berhak mengambil nyawa atas manusia lain tanpa dasar kuat.
Bagi saya, penghargaan atas kemanusiaan adalah nilai dasar paling universal, khususnya untuk Rohingya --dengan apa yang terjadi-rasanya tidak pantas kita, diwakili Pemerintah Indonesia, diam seribu bahasa hanya karena terikat kesepakatan ASEAN untuk saling menghargai kedaulatan bangsa dengan tidak mencampuri urusan dalam negeri bangsa lain. Sebegitui hingga melupakan kemanusiaan?
Dan ini Ramadhan. Bulan di mana sesama Muslim berlomba meraih pahala di sisi-Nya.
Jutaan syukur rasanya tak cukup untuk diantarkan kepada Sang Khalik atas momentum istimewa yang dilalui rata-rata keluarga di Tanah Air dalam situasi tenang dan damai. Sementara berbagai daerah di Padang, Sumatra Barat, mengalami musibah banjir bandang dan saudarasaudara di belahan dunia, seperti Rohingya, menderita.
Di saat kita menjalankan puasa, sahur, dan berbuka dengan nikmat, mereka berjuang setiap detiknya, bersimbah keringat bahkan darah demi bertahan hidup.
Butiran bening yang sejak tadi memberati kelopak, menetes.“Bunda, mengapa menangis?“ Kedua ananda yang berada di sisi, menatap dengan sorot empati dan bingung.
Allah Yang Maha. Sungguh, saya berutang besar kepada anak-anak. Begitu banyak agenda yang harus disampaikan kepada mereka agar terbangun sejak dini rasa peduli, simpati, dan duka cita serta keinginan berbagi yang tanpa pilih kasih, untuk segenap umat manusia.
Rekening Donasi Rohingya
a/n. Aksi Cepat Tanggap
1. BSM # 101 000 5557
2. Permata Syariah # 0971 001 224
3. BCA # 676 0300 860
4. Mandiri # 128 000 4723 620
* Penulis Asma Nadia, Pernah dimuat dalam kolom Resonansi HU. Republika, Sabtu, 28 Juli 2012.
www.dakwahkantor.com
0 Comments:
Post a Comment