Ahlan Wa Sahlan

IQRO ( BACALAH )

Bacalah dirimu, Bacalah dari apa engkau dijadikan

Bacalah kejadian demi kejadian, Bacalah masa lalu, dan apa-apa yang ditinggalkan, Bacalah masa kini, dan apa-apa yang ada disekitarmu, Bacalah masa yang akan datang dan apa-apa yang akan dan tentu terjadinya.

Sungguh ALLOH telah memberimu berlimpah-limpah, dan tegak kanlah kebenaran itu dengan daya juang yang tak kenal payah dan henti ( sabar),......................

Selamat datang ana ucapkan kepada akhi dan ukhti, semoga apa yang tertulis di blog ini bermanfaat bagi kita dalam menSyiarkan Islam, serta sebagai media bagi kita untuk saling bersilaturahmi.

Kritik dan saran dapat di sampaikan ke is.majid@gmail.com

Wassalam

AddThis

Bookmark and Share

Jumat, 16 November 2007

Hukum Hanyalah Milik ALLOH

Sesungguhnya, permasalahan hukum (keputusan), syari’at (peraturan), dan taqadhi (berpekara) selayaknya hanya di serahkan kepada kehendak manusia yang sering berubah, atau atas dasar pertimbangan mashlahat-mashlahat yang tidak pasti, atau kepada adat kebiasaan yang di sepakati oleh kelompok atau beberapa kelompok, tetapi tidak berpedoman secara kuat dalam berpegang kepada syari’at Alloh. Permasalahan ini. Yaitu hukum hanyalah hak Alloh, termasuk perkara yang di ketahui secara pasti dalam masalah keimanan. Hal ini berdasarkan banyak pertimbangan.

1. Masalah ini dibangun berdasarkan pengakuan terhadap Rububiyyah (kekuasaan, kepemilikan, pengaturan) Alloh subhana wata’ala.

Alloh adalah al-Khalik (Sang Pencipta) yang telah menciptakan segala sesuatu, dan kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. Alloh subhana wata’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (٥٤)

ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh. Mahasuci Alloh, Rabb semesta alam. (Qs al-A’raf / 7:54).

Alloh subhana wata’ala adalah ar-Raziq (Sang Pemberi Rezeki) adakah seseorang yang mampu memberi rezeki kepada dirinya sendiri atau orang lain?

Alloh subhana wata’ala berfirman :

مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (٥٧)إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (٥٨)

Aku [Alloh] tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Alloh dialah Mahapemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh (Qs adz-Dzariyat / 51 : 57-58).

ini mengharuskan hukum itu hanyalah milik Alloh subhana wata’ala semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena penyebab-penyebab ibadah -yang aku maksudkan penciptaan dan pemberian rezeki- mengharuskan hanya Alloh subhana wata’ala yang diibadahi, dan hukum itu hanyalah milik Alloh subhana wata’ala semata. Alloh subhana wata’ala berfirman:

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٤٠)

Keputusan itu hanyalah kepunyaan Alloh. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus. (Qs Yusuf / 12:40).

2. Agama Alloh subhana wata’ala pasti lebih utama daripada hukum yang dibuat manusia.

Alloh subhana wata’ala berfirman:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (٥٠)

apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Alloh bagi orang-orang yang yakin? (Qs al-Ma’idah / 5: 50).

Termasuk perkara yang secara pasti sudah diketahui oleh orang yang berakal sehat dan memiliki fithrah yang lurus, bahwa barang buatan manusia tidak membuat sendiri hukum-hukum untuk dirinya, yang dia akan berjalan di atasnya dan bergerak kearahnya. Namun yang membuatkannya ialah orang yang telah menciptakannya dan membuatnya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu termasuk kejahilan, jika manusia menggambarkan bahwa dia mampu membuat hukum-hukum untuk dirinya sendiri, dia akan berjalan di atasnya dan tidak menyimpang darinya. Dan bahwa kekurangan tidak akan mendatanginya dari sisi-sisinya, atau tidak akan melahirkan cacat di tengah-tengahnya, atau kelemahan tidak menjadi sifatnya yang terbesar.

Dari sini, maka manusia wajib kembali kepada syari’at Alloh ‘azza wa jalla yang telah menciptakan manusia. Alloh mengetahui apa yang dapat menjadikan manusia itu menjadi baik, dan mengetahui yang akan menjadi baik keadaan manusia.

Alloh subhana wata’ala berfirman:

أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (١٤)

Apakah Alloh yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Mahamengetahui (Qs al-Mulk / 67 : 14).

3. Barangsiapa mengagungkan syari’at dengan sebenar-benarnya, dia akan mengetahui bahwa syari’at itu dibangun berdasarkan hikmah dan demi kemashlahatan hamba di dunia dan akhirat.

Syari’at merupakan keadilan Alloh ‘azza wa jalla bagi hamba-hamba-Nya, dan merupakan rahmat-NYa kepada ciptaan-Nya. Maka barangsiapa istiqomah di atas syari’at, dia akan meraih kehidupan hati, mendapatkan kegembiraan, dan telah bepegang dengan tali yang kokoh. Karena syari’at merupakan keselamatan dari segala keburukan, dan mendatangkan segala kebaikan. Semua kekurangan yang terjadi di alam ini, adalah akibat dari menyia-nyiakan syari’at.

Keherarananku tidak pernah habis terhadap sekelompok manusia dari kalangan kita (yakni, secara lahiriyah beraga Islam, seperti orang-orang JIL dan semacamnya, pent.), mereka berbicara dengan bahasa kita, namun tidak melihat kesempurnaan kemajuan kecuali hidup di atas sisa-sisa hidangan-hidangan makanan orang-orang kafir dan para penyembah berhala. Karena mereka ini menyangka bahwa orang-orang kafir itu telah sampai pada puncak tertinggi kemajuan dan ketinggian. Mereka berpura-pura lupa bahwa pandangan orang-orang kafir itu hanya sebatas dunia semata; dunia itu merupakan cita-cita dan tujuan mereka terbesar.

Alloh Ta’ala berfirman:

وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٦)يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ (٧)

Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui .Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Qs ar-rum/30:6-7).

Para pengekor orang-orang kafir ini telah menyakiti diri dan umat mereka sendiri, karena mengganti nikmat Alloh ‘azza wa jalla denagan pengingkaran dan menempatkan kaum mereka pada kedudukan yang paling rendah. Maka sepantasnya gerakan mereka itu dihentikan dengan cara yang baik kepada perkara yang paling lurus.

Alloh ‘azza wa jalla berfirman:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (٩)

Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus. (Qs al-Isra/17:9)

Maka manakah dari dua kelompok itu yang lebih berhak mendapatkan keselamatan jika kamu mengetahui?

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (٨٢)

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan meereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (Qs al-An’am/6:82).

Sesungguhnya Alloh Tabaraka wa Ta’ala tidaklah menjadikan kita membutuhkan kitab-kitab suci yang telah lalu, bahkan Dia telah memberikan kepada kita satu kitab yang menerangkan segala sesuatu berdasarkan ilmu Alloh Ta’ala. Lantas, bagaimana (mungkin) Alloh ‘azza wa jalla menjadikan kita membutuhkan hukum-hukum yang dibuat oleh manusia dalam mangatur keberadaan dan urusan mereka, kondisi-kondisi mereka, keadaan-keadaan mereka, dan politik-politik mereka, Maha suci Alloh ‘azza wa jalla dan kita berlindung kepada Alloh ‘azza wa jalla.

Ini termasuk kesempurnaan dan keutamaan umat Islam dibandingkan dengan umat-muat sebelumnya. Karena dengan kesempurnaan Nabinya dan syari’atnya, umat (Islam) ini tidak membutuhkan kepada sesuatu di luar Kitab Alloh dan Sunnah Rosul-Nya Shollallohu ‘alaihi wassalam. Keduanya merupakan bekal bagi keselamatan manusia, menjadi pedoman dan sumber kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Adakah orang yang mengambil pelajaran?

HUKUM ALLOH ADALAH HUKUM YANG PALING BAIK

Siapakah yang mampu mengklaim bahwa dia merasa lebih mampu mengetahui keadaan manusia dibandingkan Alloh ‘azza wa jalla ? Atau dia merasa lebih bijaksana daripada Alloh ‘azza wa jalla dalam mengatur urusan manusia? Atau dia mengklaim bahwa ada keadaan-keadaan dan kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam kehidupan manusia dan Alloh ‘azza wa jalla tidak mengetahuinya -Maha Suci Alloh-, sedangkan Alloh ‘azza wa jalla telah menyempurnakan syari’at-Nya dan mencukupkan nikmat-Nya? Atau Alloh ‘azza wa jalla mengetahui hal-hal itu tetapi tidak mensyari’atkannya?

Semua ini telah diisyaratkan oleh firman Alloh ‘azza wa jalla :

أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (١٤٠)

Apakah kamu lebih mengetahi ataukah Alloh? (Qs al-Baqarah/2:140)

Dan oleh firman-Nya:

وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا (٦٤)

Dan tidaklah Robb-mu lupa.(Qs Maryam/19:64.

Sesunggungnya bukti-bukti keutamaan agama Alloh ‘azza wa jalla atas hukum-hukum buatan manusia tidak bisa dihitung dan tidak terbatas, bahkan hal itu tersingkap dengan berjalannya waktu dan berulangnya masa. Tetapi Alloh menyesatkan orang-orang yang zhalim, dan Dia berbuat apa yang Dia kehendaki.

Di antara bukti-bukti itu ialah (sebagai berikut).

1. Bahwasanya agama Alloh ‘azza wa jalla bersifat menyeluruh (lengkap, sempurna), saling menyempurnakan, mencakup seluruh keadaan manusia dan mengaturnya.

Pengaturan, pengarahan, pemeliharaan agama ini dalam semua sisi kehidupan manusia dengan seluruh aspeknya, bentuknya, dan warnanya. Sehingga agama islam ini tidak meninggalkan sesuatupun kecuali menjaganya dan menyimpannya di dalam kitab yang telah menerangkan. Hakikat kesempurnaan Islam ini, bahkan diketahui oleh musuh-musuh Alloh ‘azza wa jalla .

Orang-orang Yahudi pernah berkata kepada Salman Radhiallohu ‘anhu :

Sesungguhnya Nabi kamu telah mengajari kamu segala sesuatu, termasuk (adab) buang hajat. (HR Muslim, no. 262)

Alloh Ta’ala berfirman:

أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلا وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (١١٤)

Maka patutkan aku mencari hakim selain daripada Alloh, padahal dialah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dari Robbmu dengan sebenarnya. Makan janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. (Qs al-An’am/6:114).

Agama Alloh adalah agama yang serasi bersama aturan-aturan Alloh di alam ini, karena agama ini merupakan agama yang diridhoi oleh Pencipta alam ini.

2.Agama Alloh adalah agama yang berdiri di atas ilmu Alloh yang telah menciptakan manusia, dan telah menciptakan alam ini tempat manusia hidup di dalamnya.

Maka Alloh mensyari’atkan jalan yang berasal dari-Nya untuk manusia. Jika manusia memilihnya, berarti dia meniti jalan peribadahan, yang alam ini berjalan lurus diatasnya juga.

3.Agama Alloh adalah agama yang serasi bersama aturan-aturan Alloh di alam ini, karena agama ini merupakan agama yang diridhoi oleh Pencipta alam ini.

Alloh berfirman:

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (٨٣)

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Alloh, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allohlah mereka dikembalikan. (Qs Ali-’Imran/3:83).

4.Agama Alloh adalah agama yang membebaskan manusia dari peribadahan kepada selain Alloh. Dalam seluruh hukum yang dibuat manusia, maka manusia tunduk kepada manusia, manusia menyembah manusia. Adapun dalam agama Alloh, manusia keluar dari penyembahan kepada makhluk menuju penyembahan kepada Pencipta makhluk.

Sesungguhnya hukum jahiliyah merupakan tumpukan hawa nafsu manusia, kelemahan dan kekurangan mereka. Sama saja, baik yang membuat peraturan itu satu orang untuk orang banyak , atau satu kelas manusia untuk semua tingkatan, atau semuanya membuat untukdiri mereka sendiri, karena hal itu timbul dari hawa nafsu manusia, yang mana manusia itu selamanya tidak akan lepas dari hawa nafsu. Dan karena hal itu merupakan kebodohan manusia, yang selamanya tidak akan lepas dari kebodohan. Oleh karena itulah, tidak ada keraguan padanya, bahwasanya menghukumi dengan selain yang Alloh turunkan merupakan keburukan dan kesusahan, kerusakan dan kesempitan. Dan siapakah yang lebih benar perkatannya daripada Alloh?

Dia ‘azza wa jalla berfirman:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (٥٠)

Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Alloh bagi orang-orang yang yakin ? (Qs al-Ma’idah/5:50)

Al-hamdulillahi Robbil-’alamin.

Diterjemahkan: Abu Isma’il Muslim al-Atsari, dari makalah berjudul ”Inil-Hukmu illa lillah” dan “wa man Ahsanu minallahi hukman”, dari kitab al-Maqalat as. Salafiyah fil-’Aqidah wad- Da’wah, wal-Manhaj, wal-Waqi’, karya Syaikh Salim bin ‘Id al-Hilali Hafidzohulloh

Penerbit: Maktabah al-Furqan, Cet. I, Th.1422 H / 2001 M, hlm. 38-42.

[Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi Ramadhan 06-07/TAHUN XI/1428H/2007M]

1 Comment:

insidewinme said...

Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu