Ahlan Wa Sahlan

IQRO ( BACALAH )

Bacalah dirimu, Bacalah dari apa engkau dijadikan

Bacalah kejadian demi kejadian, Bacalah masa lalu, dan apa-apa yang ditinggalkan, Bacalah masa kini, dan apa-apa yang ada disekitarmu, Bacalah masa yang akan datang dan apa-apa yang akan dan tentu terjadinya.

Sungguh ALLOH telah memberimu berlimpah-limpah, dan tegak kanlah kebenaran itu dengan daya juang yang tak kenal payah dan henti ( sabar),......................

Selamat datang ana ucapkan kepada akhi dan ukhti, semoga apa yang tertulis di blog ini bermanfaat bagi kita dalam menSyiarkan Islam, serta sebagai media bagi kita untuk saling bersilaturahmi.

Kritik dan saran dapat di sampaikan ke is.majid@gmail.com

Wassalam

AddThis

Bookmark and Share

Kamis, 15 November 2007

Tiga Landasan Utama : Mengenal Islam

Islam, ialah berserah diri kepada Alloh dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.

Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut, mempunyai tiga tingkatan, yaitu : islam, iman, ihsan; masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.

I. Tingkatan Islam

Adapun tingkatan Islam, rukunnya ada lima :

  1. Syahadat (pengakuan dengan hati dan lisan) bahwa “Laa Ilaaha Illallooh” (tiada sesembahan yang haq selain Alloh) dan Muhammad adalah Rasululloh

  2. Mendirikan sholat

  3. Mengeluarkan zakat

  4. Shiyam pada bulan Ramadhon

  5. Haji ke Baitulloh Al-Haram

1. Dalil Syahadat

Firman Alloh Ta’ala :

“Alloh menyatakan bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Dia, dengan senantiasa menegakkan keadilan, (juga menyatakan yang demikian itu) pada malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tiada sesembahan (yang haq) selain Dia Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” {Surat Ali-’Imraan (3) : 18}

“Laa Ilaaha Ilallooh”, artinya : Tiada sesembahan yang haq selain Alloh.

Syahadat ini mengandung dua unsur : menolak dan menetapkan. “Laa Ilaaha”, adalah menolak segala sesembahan selain Alloh; “Illallooh”, adalah menetapkan bahwa penyembahan itu hanya untuk Alloh semata-mata, tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kepada-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam kekuasaan-Nya.

Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kepada kaumnya : Sesungguhnya aku menyatakan lepas dari segala yang kamu sembah, kecuali Tuhan yang telah menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan menunjukiku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka senantiasa kembali (kepada tauhid).” {Surat Az-Zukhruf (43) 26-28}

Dan firman Alloh Ta’ala :

“Katakanlah (Muhammad) : Hai Ahli Kitab ! Marilah kamu kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu : hendaklah kita tidak menyembah selain Alloh dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Alloh. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang muslim (menyerahkan diri kepada Alloh).” {Surat Ali-’Imraan (3) : 64}

Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad adalah Rasululloh, firman Alloh Ta’ala :

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman.” {Surat At-Taubah (9) : 128}

Syahadat bahwa Muhammad adalah Rasululloh, berarti : mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnya, dan menyembah Alloh hanya dengan cara yang disyariatkannya.

2. Dalil Sholat dan Zakat serta Tafsiran Tauhid

Firman Alloh Ta’ala :

“Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Alloh, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat serta mengeluarkan zakat. Demikian itulah tuntunan agama yang lurus.” {Surat Al-Bayyinah (98) : 5}

3. Dalil Shiyam

Firman Alloh Ta’ala :

“Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu untuk melaksanakan shiyam, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 183}

4. Dalil Haji

Firman Alloh Ta’ala :

“Dan hanya untuk Alloh, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Alloh Maha tidak memerlukan semesta alam.” {Surat Ali-’Imraan (3) : 97}

II. Tingkatan Iman

Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi ialah syahadat “Laa Ilaaha Illallooh”, sedang cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu adalah salah satu dari cabang Iman.

Rukun iman ada enam, yaitu :

  1. Iman kepada Alloh

  2. Iman kepada para malaikat-Nya

  3. Iman kepada kitab-kitab-Nya

  4. Iman kepada para rasul-Nya

  5. Iman kepada hari akhirat

  6. Iman kepada qadar [1], yang baik maupun yang buruk

Dalil keenam rukun ini, firman Alloh Ta’ala :

“Berbakti (dan Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam sholat) ke arah Timur atau Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yang sebenarnya ialah iman seseorang kepada Alloh, hari akhirat, para malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi.” {Surat Al-Baqoroh (2) : 177}

Dan firman Alloh Ta’ala :

“Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dengan qadar.” {Surat Al-Qomar (54) : 49}

III. Tingkatan Ihsan

Ihsan, rukunnya hanya satu, yaitu :

“Beribadahlah kepada Alloh dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” [2]

Dalilnya, firman Alloh Ta’ala :

“Sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan.” {Surat An-Nahl (16) : 128}

Dan firman Alloh Ta’ala :

“Dan bertawakallah kepada (Alloh) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk sholat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” {Surat Asy-Syu’araa’ (26) : 217-220}

Serta firman-Nya :

“Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur’an yang kamu baca, serta pekerjaan apa saja yang kamu kerjakan, tidak lain Kami adalah menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya.” {Surat Yunus (10) : 61}

Adapun dalil dari Sunnah, ialah hadist Jibril [3] yang masyhur, yang diriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiallohu ‘Anhu :

“Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorang pun diantara kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dengan menyandarkan kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, dan berkata : ‘Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam’, maka beliau menjawab : ‘Yaitu, bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang haq selain Alloh serta Muhammad adalah Rasululloh, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, melakukan haji ke Baitulloh jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan kesana’. Lelaki itupun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kata Umar : ‘Kami merasa heran kepadanya, ia bertanya kepada beliau, tetapi juga membenarkan beliau’. Lalu ia berkata : ‘Beritahulah aku tentang Iman’. Beliau menjawab : ‘Yaitu, beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat serta beriman kepada Qadar yang baik dan yang buruk’. Ia pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kemudian ia berkata : ‘Beritahulah aku tentang Ihsan’. Beliau menjawab : ‘Yaitu, beribadahlah kepada Alloh dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu’. Ia berkata lagi : ‘Beritahulah aku tentang waktu Kiamat’. Beliau menjawab : ‘Orang yang ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya’. Akhirnya ia berkata : ‘Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda kiamat itu’. Beliau menjawab : ‘Yaitu, apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuannya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian sempurna, melarat lagi pengembala domba, saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yang tinggi’. Kata Umar : ‘Lalu pergilah orang laki-laki itu, sementara kami berdiam diri saja dalam waktu yang lama, sehingga Nabi bertanya : ‘Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ?’. Aku menjawab : ‘Alloh dan Rasul-Nya lebih mengetahui’. Beliau pun bersabda : ‘Dia adalah Jibril, telah datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian.” [4]

————————–

[1] Qadar, takdir, ketentuan Ilahi, yaitu : iman bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah diketahui, dicatat, dikehendaki dan dijadikan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala

[2] Pengertian Ihsan tersebut adalah penggalan dari hadist Jibril, yang dituturkan oleh ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallohu ‘anhu

[3] Disebut hadist Jibril, karena Jibril-lah yang datang kepada Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dengan menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman, Ihsan dan masalah hari kiamat. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada kaum muslimin tentang masalah-masalah agama

[4] Hadist riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 1, hadist ke 1. Dan diriwayatkan juga hadist dengan lafazh seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 37, hadist ke 1

Sumber :

Tiga Landasan Utama. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Dar Al-Gasem, Saudi Arabi - PO Box 6373 Riyadh 11442




0 Comments: