Salah satu 'kesalahan' lain yg sudah menjadi salah kaprah di kalangan masyarakat Indonesia adalah perkara batalnya puasa dan berkurangnya pahala puasa. Sebagai contoh, saat kecil dulu, sering kita mendengar dan dilarang menangis, berbohong, mencuri karena itu semua bisa membatalkan puasa kita. Larangan lain yg sering kita dengar (baik saat masih kecil ataupun di saat sekarang) adalah dilarang mandi saat siang, dilarang keramas di siang hari, kemudian dilarang (maaf) mengupil, membersihkan telinga, sikat gigi, dan masih banyak lagi larangan2 lainnya.
Mereka menyatakan bahwa anggota tubuh mesti dijaga, karena jika tidak maka puasanya akan batal.
Aku hanya bisa geleng2 kepala saja (tidak habis pikir) mendengar dan melihat isi ceramah mereka.
Mengapa berbeda sekali dengan pengetahuan yg aku pelajari selama ini ya ?
1. Makan dengan sengaja
2. Minum dengan sengaja
3. Berhubungan suami istri dengan sengaja
Ketiga hal di atas merupakan hal-hal yg MESTI DIHINDARI agar puasa kita tidak batal (berdasarkan rukun puasa)
1. Murtad, ialah kembali dari agama Islam kepada kekufuran (kafir)
2. Haid
3. Nifas
4. Melahirkan
5. Hilang ingatan/Gila, walaupun hanya sebentar
6. Pingsan
7. Mabuk (minum minuman keras atau zat narkoba lain) dengan di sengaja
8. Muntah dengan sengaja
Dengan kata lain, hal-hal selain 11 hal di atas BUKANLAH penyebab batalnya puasa.
Berbohong, mencuri, korupsi, tidak akan membatalkan puasa.
Akan tetapi, PERBUATAN2 BURUK ITU AKAN MENGURANGI/MENGGUGURKAN PAHALA PUASA.
agar laki2 tidak batal puasanya. Lho, apa hubungannya menutup aurat dg membatalkan puasa ?
Perhatikan hadits berikut, Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta
Penyebabnya adalah TIDAK MENINGGALKAN KATA-KATA DUSTA DAN PERBUATAN BURUK.
1. Menangis, mandi, sikat gigi, dan keramas di siang hari bisa membatalkan puasa apabila ada air yg masuk ke mulut (dan ditelan) DENGAN SENGAJA
2. Mencium istri TIDAK MEMBATALKAN PUASA, kecuali jika diteruskan dengan hubungan suami istri, maka akan batal puasanya.
Wassalam
0 Comments:
Post a Comment